cara mudah beternak kelinci modern

Advertisement
Sebelum masuk ke pembahasan tentang ternak kelinci, saya ingin mengajak kita memakai landasan berpikir lebih mendasar dalam hal ini. Mula-mula dalam melihat “ternak kelinci” kita mesti memakai dua kombinasi pemikiran, yakni abstrak dan praktis. Keduanya sangat penting. Sekalipun bidang usaha sangat didominasi oleh hal-hal yang pragmatis, tetapi untuk menguasai komponen pragmatisme itu mestilah menguasai abstraksi. Dengan paradigma yang baik, kita bisa melihat secara gamblang ragam kerumitan yang terjadi di dalamnya. Karena alasan inilah setiap kali saya ditanya bagaimana langkah awal budidaya kelinci mesti dijawab melalui pendekatan analisa umum, baru kemudian menukik ke masalah-masalah spesifik.


Kata potensi memang perlu didudukkan pada awal pembicaraan kelinci karena memang disitulah ketertarikan kita semua: utamanya sebagai pendulang uang, selainnya ialah alternatif untuk pemberdayaan masyarakat desa, peluang bisnis dan selebihnya ialah untuk hobies. Tiada salah kita meletakkan uang sebagai tujuan. Bahkan dalam banyak hal saya menyarankan uang menjadi sasaran utama. Tetapi di sini paradigma tentang uang juga mesti ditafsir secara tepat, yakni sebagai “efek” dari kecanggihan kita mengolah potensi. Sebab sebesar apapun potensi dan semudah apapun mengurus pekerjaan, jika tidak diolah (dikelola) secara baik niscaya akan terlantar.


Dari kacamata kewirausahaan, setiap hal memang memiliki peluang karena kelebihannya. Kelebihan kelinci diantaranya ialah kecepatan reproduksi, cocok untuk usaha rakyat kecil, banyak manfaat, masih sangat minim pemelihara dan pasar sangat luas terbuka. Bahkan kami punya keyakinan, sampai beberapa tahun ke depan bisnis kelinci tiada butuh persaingan. Dengan kata lain, dari sisi produksi bisa cepat, banyak manfaat, bisa dikerjakan banyak orang, bisa dengan modal murah, dan menjualnya pun ”mudah.”


Masalahnya kenapa selama ini terabaikan oleh masyarakat kita?Pertanyaan ini perlu saya ajukan sebelum nanti kita kembali membahas masalah mengelola potensi kelinci. Beberapa alasan sudah saya sampaikan di Buku Ternak Uang (Nuansa Cendekia Juli 2009). Pertama, masyarakat kita sudah jauh dari “ideologi” beternak maupun bertani. Kedua, tidak memiliki lahan dan sarana pendukung, seperti pasokan rumput, pengelolaan pakan dan lain sebagainya. Ketiga, kelinci impor dengan model pemeliharaan modern untuk skala besar belum banyak diketahui masyarakat.Tiga alasan dengan penjelasan lebih detail dalam buku ternak uang tersebut saya kira sudah cukup untuk menjawab. Tetapi ada baiknya saya tambahkan satu hal lagi, yakni bahwa ketidakseriusan pemerintah dalam melihat peluang ini. Akan menjadi lain masalahnya manakala pemerintah bersikap serius dan agresif seperti Cina dan Vietnam di mana di kedua negara itu kini sudah merasakan potensi peluang usaha kelinci, terutama di Cina.


Dua hal yang mendasar dari ketidakseriusan pemerintah itu diantaranya ialah tidak melihat para peternak kelinci sebagai aset dan memberikan insentif bibit unggul dan pemberdayaan secara serius. Bagaimanapun juga, di mana pun juga, setiap usaha tidak sekedar butuh modal uang, melainkan juga ilmu pengetahuan dan urusan pasar. Kalau kita selalu melihat bahwa negara punya kewajiban mencerdaskan rakyatnya, maka di sinilah terlihat jelas bagaimana peranan negara kita tidak nyambung. Seolah-olah pendidikan hanya dalam ruang lingkup akademisi semata.
Hal ini sangat terasa manakala berbagai penemuan lapangan setiap kali Pemerintah Daerah (Pemda) mengadakan pemberdayaan ternak kelinci hanya difokuskan adalah insentif modal uang semata. Di Jawa Barat banyak peternak hasil “pemberdayaan” Pemda gagal total karena ketidakseriusan memperhatikan SDM.


Landasan Ilmu
Kembali ke soal peluang, maka sesungguhnya hal yang terpenting dari maju dan tidaknya ternak kelinci secara modern (dari hulu ke hilir =dari kandang ke pasar) sangat membutuhkan pasokan ilmu pengetahuan yang kuat, motivasi yang handal serta komitmen menjadi usahawan kelinci sejati. Pengalaman di lapangan membuktikan, bahwa kemiskinan ilmu pengetahuan lebih berbahaya ketimbang kemiskinan materi (modal uang). Kita harus mendudukkan bahwa kebodohan dan kemiskinan ini adalah ratai kasar, belenggu, yang harus dilepaskan terlebih dahulu. Tetapi kalau keduanya tidak bisa dilepaskan seketika, maka saya akan mengusulkan lebih penting melepaskan belenggu kebodohan terlebih dahulu, baru kemudian kita melepaskan kemiskinan.


Strategi konkretnya untuk meraih sukses sebuah peternakan di kalangan kaum tani bisa kita mulai dengan pemberdayaan di beberapa orang, maksimal 10 orang. Dari 10 orang ini saja mesti dibutuhkan leadership yang handal. Jika tidak ada leader dari salahsatu peternak tersebut dipastikan sulit berkembang karena biasanya dalam masa sulit peternak pemula yang kurang tangguh sering gulung tikar. Dengan ada leader yang kuat, diharapkan mereka yang gulung tidak tidak mempengaruhi peternak lain yang belum berkembang bagus.


Dalam skala memulai usaha ternak bersama dengan jumlah lebih sedikit, yakni 3-5 orang manajemen kontrol barangkali lebih mudah. Dengan pola kecil merayap tetapi serius ini, diharapkan tingkat kerugian lebih kecil. Manajemen ini saya ajukan sebagai pola konservatif, tetapi memiliki resiko yang kecil. Memang sedikit agak lambat, tapi lebih aman. Sedangkan bagi yang menginginkan gerakan lebih cepat saya ajukan usulan untuk beternak sendiri terlebih dahulu selama satu sampai 1,5 tahun, baru kemudian menularkan modal bibit ke peternak lain. Selama masa setahun ini kita bisa menggaulkan orang terdekat untuk menimba ilmu pengetahuan. Baru kemudian diseriuskan ke arah peternakan yang lebih banyak dan dibesarkan.


Adapun untuk peternak yang memulai usaha untuk sendiri barangkali lebih mudah karena tidak perlu memobilisasi ilmu kepada orang lain. Ternak individu adalah langkah awal yang lebih efektif. Berniat sendiri, bermodal sendiri, kreatif sendiri, menggembleng pemikiran dan etos kerja sendiri adalah pilar dasar yang paling baik. Setelah kelak sukses barulah kemudian ilmu pengetahuan dan pengalamannya ditularkan. Selama tidak pelit dan memiliki semangat sosial yang tinggi, orang seperti ini akan menjadi panutan banyak peternak lain, sebagai contoh adalah Asep Sutisna, ketua Paguyuban Peternak Kelinci di Lembang Bandung atau Ren Zuping dari China.
Kenapa ilmu pengetahuan menjadi penting?


Kita bisa berkaca pada dunia pertanian (tradisional) dan agribisnis(wirausaha tani modern). Di sana memang terletak jurang permodalan yang sangat besar, tetapi di luar modal sesungguhnya ilmu pengetahuan menjadi pembeda yang paling substansial untuk menyatakan bahwa pertanian itu identik dengan kemiskinan sementara agribisnis sarat dengan kemakmuran dan stabilitas penghasilan. Dalam peternakan modern (terkait dengan konsep domestifikasi ternak kelinci ini), maka kita pun mesti berpikir demikian.


Kita sering berpikir bahwa memelihara kelinci itu mudah karena masyarakat kita sudah terbiasa dengan kelinci. Logika itu sangat menyesatkan karena kelinci umbaran terbukti tidak menghasilkan nilai ekonomis yang baik. Di sini kita harus memperhatikan apa itu domestifikasi peternakan. Beberapa hal yang penting ialah bahwa, pertama perawatan kelinci secara domestik adalah memenjarakan kelinci (hewan liar) dalam sebuah kehidupan yang sempit. Kita mesti memakai pola kehidupan yang membuat kelinci benar-benar nyaman, senang dan kerasan, terhindar dari stress sehingga mampu berproduksi secara baik.


Satu hal ini saja seringkali diabaikan. Terlihat di berbagai kandang petani kebersihan, pasokan makanan dan kenyamanan sering diabaikan. Karena itulah saya sering melihat kenyataan ini mengakibatkan tingkat produktivitasnya rendah dibanding dengan peternak yang benar-benar berilmu dan berpikir maju.


Kedua, dari berbagai praktik peternakan, ternyata mereka para peternak yang bertahan lama memiliki rasionalitas dan etos kerja yang baik. Rasionalitas dalam hal ini bukan semata diukur kecerdasan akademik, melainkan lebih pada sikap sungguh-sungguh dalam belajar dan serius menerapkan teori-teori sekaligus kreatif dalam mengatasi setiap masalah, terutama dalam hal problem pakan dan kesehatan.


Jadi masalahnya bukan terletak pada bakat/waris atau tidaknya, melainkan bagaimana bersungguh-sungguh dalam menerapkan paradigma ternak yang berpijak pada ilmu ternak. Karena itu kalau bicara ideal tentang pemberdayaan awal ternak di suatu desa yang belum memahami ternak kelinci domestik mestinya akan lebih bagus jika dirintis lebih sedikit orang tetapi dalam setahun kemudian mampu memproduksi banyak kelinci, baik untuk bibit masyarakat sekitar maupun untuk pembukaan usaha pasca panen.


Dengan kesuksesan satu orang itu saja, kita tidak butuh meyakinkan secara lisan bahwa kelinci memiliki potensi. Masyarakat kita adalah masyarakat berpikir empiris. Manakala diceritakan secara lisan maupun tulisan mereka tidak akan yakin dan fatalnya jika melihat kesuksesan itu secara fenomenologis, mereka menganggap diri mereka sudah mahir dan langsung tancap gas. Akibatnya sering fatal. Tetapi manakala sudah melihat secara empiris dalam kurun waktu yang cukup lama, berbulan-bulan, dengan sendirinya mereka akan menyaksikan bagaimana proses dan kesuksesan itu berjalan secara sebanding.


Rasanya memang tidak terlalu penting mengampanyekan potensi kelinci kepada masyarakat secara terus-menerus. Sebab, kalaupun masyarakat petani percaya dan langsung beternak, tidak banyak yang membuktikan kesuksesan. Masalah-masalah yang membuat ternak gagal biasanya bukan pada penjualan, melainkan pada level produksi, terutama mengatasi angka kematian yang tinggi, rendahnya produktivitas dan di luar itu satu masalah lagi ialah kurang seriusnya menjadi peternak.
Kekurang-seriusan menjadi peternak kelinci ini biasanya karena salah dalam melihat kelinci sebagai hewan yang pemeliharaannya harus dibedakan dengan ternak ayam, kambing dan sapi. Di sini soal mentalitas dan etos kerja mesti diperhatikan sungguh-sungguh. Karena itu akan lebih penting dan mendasar manakala kita memberikan bukti kepada masyarakat dengan memperkuat satu dua peternak di daerah untuk kemudian menjadi leader bagi warga sekitar, melebar hingga dua kecamatan. Kalau kelak kemajuan sudah mencapai tahap yang lebih luas, di situ kita akan bicara tentang pentingnya koperasi sebagai pilar dasar kebersamaan dalam menghadapi problematika pasar.
Kebutuhan mendasar saat ini


1) Bibit unggul. Untuk kelinci pedaging jenis new Zealand dan Flemish giant dan jenis kelinci lain sangat mendesak. Lebih utama kalau kita mendapatkan bibit unggul langsung dari peternakan kelinci di Amerika, atau Inggris.
Hal ini diperlukan supaya ada peremajaan induk dan dari sisi jenis tetap terjaga sehingga para peternak bisa memilih keturunannya secara lebih mudah. Jika ada sebuah peternakan untuk Induk barangkali akan menjadi sentra indukan yang paling terkemuka saat ini dan itu sangat bermanfaat bagi keberlangsungan peternak lain. Keuntungan dalam hal ini sangat tinggi dan sangat potensial. Berhubung mengelola bibit sangat butuh ilmu dan pengalaman yang baik maka disarankan agar dikelola oleh peternak yang sudah handal. Soal keuntungan bisa dibaca di buku Ternak Uang.
Masih terkait dengan potensi induk, seyogianya rintisan awal peternak memperhatikan induk yang baik (sekalipun tidak impor). Hasil studi penulis di beberapa daerah di Jawa Barat, keturunan yang kurang baik sangat mempengaruhi tingkat produktivitas, jenis dan kualitas daging. Karena itulah konsep leader yang saya bicarakan di atas tersebut sangat berkaitan dengan kepemimpinan dalam induk berkualitas; sebab hal ini akan terkait dengan kemajuan peternakan di sekitar kita.


2) Investasi. Indonesia masih terbilang miskin stok kelinci. Satu sebab karena pemerintah belum memberikan insentif yang serius. Pemerintah setiap tahun mengimpor bibit sapi dan domba, tetapi tak pernah terdengar kabar mengimpor bibit kelinci. Kita hanya mendengar pada tahun 1980 Presiden Soeharto mencarikan bantuan bibit kelinci unggul kepada para peternak kelinci di kawasan Setiabudi melalui usaha loby Ma’mur Suriaatmadja. Tetapi kalau berharap pada pemerintah terlalu lama, sebaiknya memang peranan investasi swasta dengan modal besar sangat dibutuhkan. Induk berkualitas sangat baik untuk melebarkan sayap peternakan kelinci di berbagai daerah. Investasi bibit unggul ini selain paling menguntungkan untuk saat ini (lihat potensi peluang usaha bibit unggul di Buku Ternak Uang), juga sangat bermanfaat bagi peternak lain supaya mereka mendapatkan bibit unggul yang baik. Karena itu saya menyarankan secara terbuka pihak swasta bermodal besar untuk investasi secepatnya kepada peternak handal.


budidaya ternak kelinci
TERNAK KELINCI

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut
trewelu dan sebagainya.


2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.


3. JENIS
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Sub famili : Leporine
Genus : Lepus, Orictolagus
Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.


4. MANFAAT
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.


5. PERSYARATAN LOKASI
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator.


6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.


  • Penyiapan Sarana dan Perlengkapan
Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
  1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
  2. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
  3. Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid).
  4. Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan mudah dibersihkan.
  • Pembibitan
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.

o Pemilihan bibit dan calon induk
Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.

o Perawatan Bibit dan calon induk
Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.

o Sistem Pemuliabiakan
Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
  1. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
  2. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
  3. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit.
o Reproduksi dan Perkawinan
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore
hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.


o Proses Kelahiran
Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.
  • Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit.
  1. Pengontrolan Penyakit, Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.
  2. Perawatan Ternak, Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.
  3. Pemberian Pakan, Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
  4. Pemeliharaan Kandang,Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan kreolin/lysol.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  • Bisul
Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.
  • Kudis
Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.
Pengendalian: dengan antibiotik salep.
  • Eksim
Penyebab: kotoran yang menempel di kulit.
Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl.
  • Penyakit telinga
Penyebab: kutu.
Pengendalian: meneteskan minyak nabati.
  • Penyakit kulit kepala
Penyebab: jamur.
Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.
Pengendalian: dengan bubuk belerang.
  • Penyakit mata
Penyebab: bakteri dan debu.
Gejala: mata basah dan berair terus.
Pengendalian: dengan salep mata.
  • Mastitis
Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar.
Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang.
Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.
  • Pilek
Penyebab: virus.
Gejala: hidung berair terus.
Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung.
  • Radang paru-paru
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
Gejala: napas sesak, mata dan telinga kebiruan.
Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.
  • Berak darah
Penyebab: protozoa Eimeira.
Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah.
Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.
  • Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing. Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.
8. PANEN
  • Hasil Utama
Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
  • Hasil Tambahan
Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
  • Penangkapan
Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar agar kelinci tidak kesakitan.

9. PASCAPANEN
  • Stoving
Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap .
  • Pemotongan
Pemotongan dapat dengan 3 cara:
  1. Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala dan saat koma disembelih.
  2. Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara ini kurang baik.
  3. Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
  • Pengulitan
Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci digantung.
  • Pengeluaran Jeroan
Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.
  • Pemotongan Karkas
Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yang baik 49-52%.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  • Analisa Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekor induk:

o  Biaya Produksi
  1. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-
  2. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-
  3. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-
  4. Pakan  Sayur + rumput Rp. 1.000.000,- Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-
  5. Obat Rp. 1.000.000,-
  6. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
    Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-
  • Pendapatan
Kelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekor
Penjualan:
  1. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-
  2. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-
  3. Feses/kotoran Rp. 60.000,-
  4. Bulu Rp. 750.000,-
  5. Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-
  • Keuntungan Rp. 12.550.000,-
  • Parameter kelayakan usaha : – B/C ratio = 2,36
o  Gambaran Peluang Agribisnis
Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasal dari protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan daging kita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalam cepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah dan rendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi didukung dengan permintaan pasar dan harga daging maupun bulu yang cukup tinggi.


Advertisement
cara mudah beternak kelinci modern | Blogs Multiraya | 5

0 comments:

Post a Comment